PERBEDAAN PADAT TEBAR BENIH IKAN ASANG (Osteochilus vittatus) PADA BAK TERPALTERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP, EFISIENSI PAKAN, PARAMETER KIMIA KUALITAS AIR DAN TANAH

RIZA FEBRIYANTI, RIZA FEBRIYANTI (2017) PERBEDAAN PADAT TEBAR BENIH IKAN ASANG (Osteochilus vittatus) PADA BAK TERPALTERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP, EFISIENSI PAKAN, PARAMETER KIMIA KUALITAS AIR DAN TANAH. Diploma thesis, UNIVERSITAS BUNG HATTA.

[img] Text
SKRIPSI RIZA.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

RINGKASAN RIZA FEBRIYANTI NPM 1310016111037. PERBEDAAN PADAT TEBAR BENIH IKAN ASANG (Osteochilus vittatus) PADA BAK TERPAL TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP, EFISIENSI PAKAN, PARAMETER KIMIA KUALITAS AIR DAN TANAH di bawah bimbingan bapak Prof. Dr. Ir. Hafrijal Syandri, M.S dan Ibuk Dr. Azrita, S.Pi, M.Si. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai bulan Mei di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatra Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan padat tebar benih ikan Asang (Osteochilus vittatus) pada bak terpal terhadap kelangsungan hidup, efisiensi pakan, parameter kimia kualitas air dan tanah. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan padat tebar benih ikan Asang pada bak terpal terhadap kelangsungan hidup, efisiensi pakan, dan parameter kualitas air dan tanah pada bak terpal. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan Asang dengan ukuran 5-7 cm sebanyak 450 ekor, wadah yang digunakan yaitu bak terpal ukuran 160 x 75 x 50 cm dengan volume air 250 L dan dilapisi dengan tanah sawah setinggi 3 cm sebagai substrat dasar bak terpal. Pengairan menggukan sistem resirkulasi. Perlakuan A dengan padat tebar 25 ekor/250 L air, perlakuan B dengan padat tebar 50 ekor/250 L air, dan perlakuan C dengan padat tebar 75 ekor/250 L air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan A (100,00%), diikuti perlakuan B (98,60±1,1%), dan perlakuan C (98,00±2,0%). Feed Conversion Ratio (FCR) tertinggi pada perlakuan C (1,8 ± 0,32) yang diikuti perlakuan B (1,7 ± 0,32), dan perlakuan A (1,5 ± 0,20). Feed Efficiency Ratio (FER) atau efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan A (72 ± 7,37%), diikuti perlakuan B (55 ± 10,21%), dan C (53 ± 9,29%). Protein Efficiency Ratio (PER) tertinggi terdapat pada perlakuan A (81 ± 11,65%), diikuti perlakuan C (17 ± 18,14%), dan B (13 ± 18,14%). Fish Meal Conversion Ratio (FMCR) tertinggi terdapat pada perlakuan C (102 ± 18,14%), diikuti perlakuan B (98 ±18,14%), dan A (85 ± 11,65%). Kualitas air selama penelitian masih dalam batas kelayakan untuk kelangsungan hidup benih ikan Asang. Alkalinitas tertinggi terdapat pada perlakuan B (87,85±25,39 mg/L) yang diikuti perlakuan A (75,36±15,92 mg/L), dan perlakuan C (70,09±13,37 mg/L). Dissolved Oksigen (DO) tertinggi terdapat pada perlakuan A (6,36±0,45 mg/L) yang diikuti perlakuan C (6,06±0,17 mg/L), dan perlakuan B (5,83±0,18 mg/L). Karbondioksida (CO2) tertinggi terdapat pada perlakuan C (17,16±6,46 mg/L) yang diikuti perlakuan A (16,50±0,17 mg/L), dan perlakuan B (14,12±6,05 mg/L). Kesadahan tertinggi terdapat pada perlakuan B (65,58±11,02 mg/L) yang diikuti perlakuan A (59,08±7,65 mg/L), dan perlakuan C (57,28±3,58 mg/L). Nitrit (NO2) tertinggi terdapat pada perlakuan B (0,16±0,03 mg/L) yang diikuti perlakuan C (0,15±0,04 mg/L), dan perlakuan A (0,14±00,04 mg/L). Total Nitrogen tertinggi terdapat pada perlakuan B (1,90±0,32 mg/L) yang diikuti perlakuan A (1,80±0,56 mg/L), dan perlakuan C (1,75±0,76 mg/L). Total Phospat tertinggi terdapat pada perlakuan A (1,41±0,28 mg/L) yang diikuti perlakuan B (1,29±0,42 mg/L), dan perlakuan C (1,24±0,64 mg/L). Amoniak tertinggi terdapat pada perlakuan B (0,3±0,3 mg/L) yang diikuti perlakuan A (0,2±0,2 mg/L), dan perlakuan C (0,2±0,2 mg/L). pH pada setiap perlakuannya tidak menunjukkan perbedaan dengan nilai pH (6,00) pada setiap perlakuan A, B, dan C. Sedangkan untuk parameter kimia kualitas tanah selama penelitian yaitu Nitrat tertinggi terdapat pada perlakuan C (9203±812,4 µ/kg) yang diikuti perlakuan B (1893±18,16 µ/kg), dan perlakuan A (1447±144,2 µ/kg). Nitrogen tertinggi terdapat pada perlakuan C (1,50±0,55%) yang diikuti perlakuan A (1,16±0,25%), dan perlakuan B (1,13±0,20%). Posfor tertinggi terdapat pada perlakuan C (0,53±0,05%) yang diikuti perlakuan A (0,40±0,20%), dan perlakuan B (0,33±0,25%). Total COrganik tertinggi terdapat pada perlakuan B (15,30±4,03%) yang diikuti perlakuan A (14,96±4,07%), dan perlakuan C (13,50±5,53%). pH H2O tertinggi terdapat pada perlakuan B (6,33±0,47) yang diikuti perlakuan C (6,30), dan perlakuan A (6,20±0,52). pH KCL tertinggi terdapat pada perlakuan B (5,73±0,8) yang diikuti perlakuan C (5,70±0,90), dan perlakuan A (5,66±0,80).

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Budidaya Perairan
Depositing User: Hermanto UBH
Date Deposited: 24 Jan 2024 08:02
Last Modified: 24 Jan 2024 08:02
URI: http://repo.bunghatta.ac.id/id/eprint/18204

Actions (login required)

View Item View Item