Desti, Nopita Sari and Hasnul, Fikri and Syofiani, Syofiani (2015) KALIMAT EMOSIONAL DIALEK BINTUHAN KABUPATEN KAUR PROVINSI BENGKULU: SUATU TINJAUAN DARI SEGI KESANTUNAN BERBAHASA. Diploma thesis, Universitas Bung Hatta.
Text
7. SKRIPSI.PDF Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kalimat emosional (marah, takut dan cinta) dan penerapan prinsip kesantunan Kalimat Emosional Dialek Bintuhan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan Cole (Dirjen Pendidikan Tinggi 2007) tentang emosi marah, takut dan cinta. Finoza (2009) tentang jenis kalimat, dan teori yang dikemukakan oleh Rahardi (2005) tentang prinsip kesantunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dilengkapi dengan tape recorder. Data dikumpulkan melalui rekaman tuturan dialog kalimat emosional Dialek Bintuhan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Data penelitian dianalisis berdasarkan bentuk dan berdasarkan maksim-maksim yang ada dalam prinsip kesantunan. Dari hasil penelitian, ditemukan 43 kalimat emosional, yang terdiri dari emosi marah 27 data, emosi takut 10 data dan emosi cinta 6 data. Berdasarkan prinsip kesantunan ditemukan bahwa 36 data dari 43 dialog menunjukkan maksim kebijaksanaan, 27 data dari 43 dialog menunjukkan maksim kedermawanan, 15 data dari 43 dialog menunjukan maksim penghargaan, 17 data dari 43 dialog menunjukan maksim kesederhanaan, 16 data dari 43 dialog menunjukkan maksim pemufakatan dan 32 data dari 43 dialog menunjukkan maksim kesimpatisan. Berdasarkan tuturan emosi yang digunakan masyarakat dilihat dari maksimnya yang paling dominan digunakan oleh masyarakat adalah maksim kebijaksanaan, kesimpatisan dan kedermawanan dibandingkan tiga maksim lainnya, maka dapat diasumsikan bahwa tuturan yang digunakan adalah santun, berperilaku hormat dan bijaksana. Dalam kalimat emosional marah sering digunakan kata lain seperti “binatang, kaput, be’uk, penyakik dan hempul” apabila emosional marah memuncak sering digunakan kata “palak bapang, patuk makmu, patuk dan kaput”. Walaupun terdapat perlanggaran, maka akibatkan dari perlanggaran itu tidak menyebabkan komunikasi yang tidak baik antara penutur dan lawan tutur Kata kunci: bentuk emosi, penerapan prinsip kesantunan
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia |
Depositing User: | Erlya Wahyuni |
Date Deposited: | 04 Jun 2024 03:43 |
Last Modified: | 04 Jun 2024 03:43 |
URI: | http://repo.bunghatta.ac.id/id/eprint/20553 |
Actions (login required)
View Item |